DPKP B2 KEL 5
Senin, 01 Desember 2014
Kamis, 27 November 2014
Jumat, 07 November 2014
VERTIMINAPONIK: Cara Tanam Dengan Lahan Terbatas
Lahan dan teknologi
merupakan permasalahan sektor pertanian yang terjadi di Indonesia. Lahan menjadi
topik yang krusial dalam sektor pertanian karena tingkat konversi lahan yang
semakin meningkat karena beberapa lahan yang dialih fungsikan. Di lain pihak, teknologi pertanian Indonesia
telah berkembang dengan pesat. Dari proses produksi di hulu hingga pengolahan
di hilir. Banyak aplikasi teknologi digunakan dalam industri pertanian modern
di Indonesia untuk mendapatkan hasil yang baik dengan biaya produksi yang
rendah. Seperti yang dapat kita lihat, budidaya pertanian di pekarangan
khususnya di perkotaan, memiliki karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut
diantaranya adalah memiliki luasan sempit hingga sangat sempit. Oleh sebab itu,
optimasi pemanfaatan pekarangan dalam budidaya tanaman dan sumber bahan pangan
di perkotaan sangat perlu dilakukan. Salah satu strategi optimasi pemanfaatan
pekarangan adalah melalui sistem budidaya tanaman yang dipadukan dengan
budidaya ikan atau disebut vertiminaponik.
Vertiminaponik
merupakan penggalan dari kata verti, mina, dan ponik. Verti berasal dari kata
vertikultur yaitu budidaya tanaman secara vertikal, mina berarti ikan, dan
ponik berarti budidaya. Vertiminaponik merupakan sistem yang memodifikasi
system aquaponik sehingga cocok dengan kondisi perkotaan untuk mendukung
pembangunan pertanian perkotaan. Pada sistem ini, dengan luasan lahan yang sama
maka akan dapat dihasilkan dua komoditas sekaligus, yakni sayuran dan ikan.
Dalam Pameran Research
Innovation and Technology (Ritech) Expo
untuk Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 18 di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), Dr Yudi Sastro menjelaskan bahwa ikan yang dapat
dipelihara melalui teknologi vertiminaponik ini adalah semua ikan tawar
terutama yang tidak membutuhkan kesediaan oksigen dalam air yang tinggi seperti
lele, bawal, patin, nila dan lain sebagainya. Di dalam bentuk yang portable
ini, sayuran dan ikan yang dihasilkan cukup banyak. Satu tangki air dengan
toren 500 L dapat diisi ikan nila atau bawal sampai 200 ekor, sedangkan lele
sekitar 300 ekor dengan jumlah produksi akhir sekitar 17 kg. Di atas tangki
dapat disimpan 8 talang air yang ditanami empat jenis sayur yang berbeda. Untuk
setiap satu talang dengan panjang 1 meter yang ditanami sayuran sawi dapat
menghasilkan 0,6 kg sawi. Begitupun apabila ditanami selada dapat menghasilkan
0,6 kg selada. Sedangkan apabila ditanami kangkung dan bayam, masing-masing
dapat menghasilkan seberat 1 kg dan 0,8 kg.
Hadirnya teknologi
Vertiminaponik ini apabila dioptimalkan dapat memaksimalkan penggunaan lahan
sempit di perkotaan dan menyadarkan masyarakat bahwa bertani dapat dilakukan
dimana saja dan oleh siapa saja. Dengan sistem vertiminaponik ini budidaya sayuran
secara langsung akan didukung oleh sistem di bawahnya (ikan) yang menghasilkan
sisa pakan dan kotoran ikan yang mengandung hara konsentrasi tinggi dan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman di atasnya. Sementara itu, media tanam dan tanaman
yang berada di atasnya akan menyaring air dan mempertahankan kualitas air yang
berada dibawahnya. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas air kolam akan tetap
baik, bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga akan mendorong
pertumbuhan ikan menjadi baik. Produktivitas Vertiminaponik ini juga tergolong
tinggi karena dalam satu kali masa panen dapat diperoleh sayur-sayuran
sekaligus ikan. Apabila teknologi ini bisa dijalankan secara massal oleh
masyarakat di seluruh Indonesia, maka konsep one family one farm dapat diwujudkan walaupun di kota yang lahannya
terbatas.
Selain itu,
vertiminaponik juga bermanfaat dari segi ekonomis. Vertiminaponik merupakan
cara budidaya organik yang ramah lingkungan karena bebas pestisida. Kita tidak
perlu memupuk dan menggunakan bahan kimia karena pupuk dapat dihasilkan
dari kotoran ikan. Hal ini tentunya menghasilkan makanan yang aman untuk
kesehatan, terlebih sayuran organik memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga
secara ekonomi sangat menguntungkan. Dalam pembuatan teknologi ini, kita juga
dapat menyesuaikan biaya yang dikeluarkan karena bahan yang digunakan dalam
pembuatan teknologi ini dapat di temui pada kehidupan sehari-hari. Kolam ikan
dapat dibuat dari drum bekas ataupun talang bekas, sedangkan untuk media tanam
dapat digunakan batu zeolit sebagai sistem penyaringan air atau dapat diganti
dengan batu kerikil. Hal ini tentunya dapat menghemat modal pembuatan menjadi
jauh lebih murah.
Sumber :
Anonim. 2013. Vertiminaponik: Hasilkan
Produk Organik Berlimpah di Pekarangan. http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=286:vertiminaponik-hasilkan-produk-organik-berlimpah-di-pekarangan&catid=4:info-aktual
diakses pada 6 November 2014.
Anonim, 2013, VERTIMINAPONIK
: Cocok untuk Pertanian Lahan Sempit di Perkotaan, http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&task=view&id=659&pop=1&page=0 diakses pada
6 November 2014.
Nama :
Oka Azwar Sanjaya
NIM :
13502
Kamis, 06 November 2014
Vertiminaponik: Cara Baru Berbudidaya Sayuran dan Ikan di Perkotaan
Astri Yuliana
13323
Permasalahan budidaya tanaman, ikan dan ternak di
perkotaan memiliki keterbatasan sempitnya lahan, cemaran logam berat,
keberlanjutan usaha karena faktor kepemilikan dan alih fungsi lahan. Oleh
sebab itu, usaha budidaya demikian sebaiknya melalui pendekatan yang tepat,
baik dari aspek inovasi teknologi maupun pemilihan lokasi yang tepat.
Apabila merujuk pada fakta saat ini, jenis lahan di perkotaan yang potensial
untuk digunakan dalam berbudidaya tanaman, ikan dan ternak adalah lahan tidur,
ruang terbuka hijau (RTH) dan pekarangan.
Model pengembangan pertanian di
perkotaan dapat digolongkan menjadi dua, yakni model pengembangan berbasis
lahan terbuka dan budidaya di pekarangan sempit. Model budidaya berbasis
lahan, umumnya dilakukan pada bedengan-bedengan tanah di lahan yang dikelola
sedemikian rupa sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Untuk sayuran
daun seperti bayam, selada, sawi, kangkung dan kemangi, lahan diolah sempurna
melalui pencangkulan dan dibentuk bedengan-bedengan.
Sementara itu, budidaya sayuran buah
dilaksanakan dengan cara serupa atau dengan cara membuat lubang tanam teratur
yang diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dan selanjutnya
dilakukan penanaman benih secara langsung atau bibit tanaman yang telah
disiapkan. Demikian juga halnya dengan tanaman obat atau tanaman
biofarmaka. Model budidaya pada lahan atau pekarangan sempit, meliputi budidaya
dalam pot, vertikultur, hidroponik, aquaponi, model wall gardening,
ataupun vertiminaponik.
Vertiminaponik
merupakan sistem yang memodifikasikan aquaponik dengan budidaya ikan dan
sayuran sekaligus, sehingga cocok dengan kondisi perkotaan yang lahannya
terbatas. Ikan yang dapat dipelihara melalui teknologi ini adalah semua ikan
air tawar terutama ikan yang tidak membutuhkan ketersediaan oksigen dalam air
yang tinggi seperti lele, bawal, nila, dan lain-lain. Sistem ini memanfaatkan
kotoran ikan sebagai bahan organik atau sumber hara bagi sayuran yang ditanam,
sedangkan sayuran tersebut juga berfungsi sebagai penyaring air yang dibutuhkan
dibutuhkan oleh ikan yang dipelihara.
Prinsip kerja vertiminaponik
yaitu mengalirkan air secara terus menerus menggunakan pompa akuarium dari kolam/bak
pemeliharaan ikan sebagai penyiraman dan suplai hara bagi tanaman sayuran.
Budidaya dengan sistem vertiminaponik dapat menghasilkan sayuran dan ikan yang
cukup banyak. Tangki air (water
torn) yang digunakan pada Vertiminaponik dengan kapasitas 500 liter bisa
menampung ikan sebanyak 200 ekor, atau ikan lele sekitar 300 ekor, dengan jumlah
produksi akhir + 17 kg.
Talang paralon
yang diletakan di atas water torn berukuran 1 meter sebanyak 8 talang paralon
yang dapat ditanami dengan jenis sayur yang berbeda. Produksi sayuran
dengan media talang paralon tersebut jika ditanami sawi dapat menghasilkan
produksi sebanyak 0,6 kg, selada sebanyak 0,6 kg. Sedangkan jika ditanamai
kangkung dan bayam dapat menghasilkan masing-masing seberat 1kg dan 0,8 kg.
Pembuatan vertiminaponik
kurang lebih membutuhkan biaya antara 2-2,5 juta. Namun jika anda
ingin membuat dengan biaya yang lebih murah, bisa mengganti kolam penampung
ikan menggunakan drum bekas, atau terpal. Kerangka penyangga talang paralon
bisa diganti dengan menggunakan kayu atau bambu. Penyaring air yang
menggunakan batu zeolit bisa diganti dengan batu kerikil. Penggantian
beberapa item bahan, pembuatan vertiminaponik dapat menjadi jauh lebih murah.
Sumber:
Vertiminaponik Sebagai Teknologi Pertanian Modern Berkelanjutan
Umumnya para petani
menggunakan sistem tumpang sari dengan menanam beragam tanaman (biasanya
hortikultura) dalam satu ladang secara horizontal. Sistem ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil pertanian dalam jumlah lahan yang tersedia. Apabila salah
satu terjadi gagal panen masih ada sisa tanaman tumpang yang lainnya yang bisa
dipanen. Tentunya dengan penanaman yang beragam menghasilkan kondisi
tanah yang berbeda pula. Hal itu bagus bagi tanaman karena mampu
mengembalikan/bergantian unsur hara tanah yang sebagian hilang.
Menyerupai
sistem diatas, vertiminaponik merupakan salah satu inovasi baru dan modern
dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Vertiminaponik bisa dikatakan
sistem tumpang sari modern yang memadukan budidaya tanaman hortikultura
(biasanya sayuran: sawi, selada, kangkung bayam ) dengan budidaya ikan
(biasanya ikan lele, nila, dan gurameh ) yang disusun secara vertikal.
Teknologi vertiminaponik ini
sangat cocok dengan kondisi perkotaan yang sempit lahan untuk mendukung
pembangunan pertanian perkotaan sehingga kebutuhan pangan keluarga dapat
terpenuhi secara mandiri. Prinsip kerja vertiminaponik yaitu mengalirkan air
secara terus menerus menggunakan pompa akuarium dari bak pemeliharaan ikan. Air
yang bercampur dengan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengandung hara mengalir
menuju tanaman sayuran, air itu dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber hara
bagi tanaman itu. Kemudian air mengalir kebawah menuju bak ikan. Media tanam
dan tanaman sayur yang berada diatas akan menyaring air dan mempertahankan
kualitas air yang berada di bawahnya. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas air
kolam akan tetap baik bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan. Sehingga
memberikan keuntungan bagi keduanya untuk pertumbuhan yang lebih baik dengan
sistem yang berkelanjutan.
Melakukan budidaya dengan sistem
vertiminaponik dapat menghasilkan sayuran dan ikan yang cukup banyak. Tangki
air (water torn) yang digunakan pada Vertiminaponik dengan kapasitas 500 liter
bisa menampung ikan sebanyak 200 ekor, atau ikan lele sekitar 300 ekor, dengan
jumlah produksi akhir + 17 kg. Talang paralon yang diletakan di
atas water torn berukuran 1 meter sebanyak 8 talang paralon yang dapat ditanami
dengan jenis sayur yang berbeda. Produksi sayuran dengan media talang
paralon tersebut jika ditanami sawi dapat menghasilkan produksi sebanyak 0,6
kg, selada sebanyak 0,6 kg. Sedangkan jika ditanamai kangkung dan bayam dapat
menghasilkan masing-masing seberat 1kg dan 0,8 kg.
Pembuatan Vertiminaponik jika
dibuat dengan bahan-bahan seperti pada gambar di atas, membutuhkan biaya
berkisar antara 2 - 2,5 juta. Namun jika anda ingin membuat dengan
biaya yang lebih murah, bisa mengganti kolam penampung ikan menggunakan drum
bekas, atau terpal. Kerangka penyangga talang paralon bisa diganti dengan
menggunakan kayu atau bambu. Penyaring air yang menggunakan batu zeolit
bisa diganti dengan batu kerikil. Penggantian beberapa item bahan,
pembuatan Vertiminaponik dapat menjadi jauh lebih murah.
Nama:
Laras Respati
NIM
: 13116
Rabu, 05 November 2014
Vertiminaponik: Hasilkan Produk Organik Berlimpah di Pekarangan
|
Sumber:
Langganan:
Postingan (Atom)